Kesalahan2 imam samudra cs dalam berjihad


1. Melakukan pengeboman, yang mana aksinya itu menyebabkan bukan hanya orang kafir yang mati tapi juga kaum muslimin (haram darahnya di tumpahkan tanpa ada alasan syariat yg jelas), juga untuk membunuh kaum kafir pun gak bisa sembarang “mentang-mentang mereka kafir”…hanya orang kafir yang berdiri dimedang perang dan atau memegang senjata dan atau menyatakan niat secara nyata memerangi kaum muslimin…itu pun jika mereka telah kalah perang dan tertangkap, dipisahkan antara wanita+anak2+jompo+orang sakit yang secara nyata tidak terlibat dalam perang baik langsung maupun tidak langsung – mereka tidak boleh dibunuh,hanya dikenai denda perang/jizya selama mereka masih kafir, namun jika mereka menyatakan 2 kalimat syahadat, jizya dihapus -…mereka di pisahkan dari kaum pria yang “turun secara langsung maupun tidak langsung”memerangi kaum muslimin…kaum pria tsb pun sebelum dibunuh masih diberi kesempatan dengan di tanyai apakah masih mau melawan islam…jika jawabannya tidak maka dilepas dengan dikenai jizya dan hartanya halal dirampas sebagai rampasan perang/ghanimah, namun jika sekalian masuk islam maka hartanya harus dikembalikan utuh dan dihapus jizyanya…jika jawabannya masih mau memerangi islam hingga 3x jawaban maka darahnya halal di tumpahkan dengan cara eksekusi tekniknya yang paling kurang rasa sakit dan paling cepat mati (misalnya dipenggal)

2.Teknik pengeboman dengan cara bom bunuh diri semakin memperparah keadaan orang tsb…di nyatakan mati konyol/mati bunuh diri (termasuk dosa besar melawan takdir).
3.Rasul dulu dalam beberapa kali perang, sebelum menyerang terlebih dahulu mengirimkan utusan agar kaum kafir itu mau menyatakan diri masuk islam atau minimal mau tunduk dibawah Al Quran…bukan dengan cara pengecut amrozi cs yang meletakkan diam2 bom…jangan2 mereka takut tidak punya kekuatan untuk melawan orang kafir secara face to face di medan perang (walaupun ada kabar mereka veteran afganistan).
4.Tindakan pengecut dengan melakukan serangan diam2, menyebabkan tersebarnya rasa teror,rasa takut,tercabutnya rasa damai…yang mana itu semua ciri khas dari apa yang disebut terorisme…dan pelakunya di sebut teroris.
5.Islam di sebut sebagai rahmatan lil alamin, Rasul di utus sebagai penyampai risalah rahmatan lil alamin (dalam beberapa kasus, kelembutan Rasul sangat susah kita tiru saking lembutnya Rasul dalam menyikapi sebuah kejadian)…bagaimana bisa Islam di sebut sebagai rahmatan lil alamin jika umatnya yang memakai ikon orang pintar dalam islam dengan berjenggot+bersorban+bergamis justru menyebarkan rasa takut bahkan bukan hanya rasa teror tapi juga menyebar maut…bukan hanya di kalangan kaum kafir tapi juga di kalangan kaum muslimin sendiri yang notabene katanya dia berjuang demi melindungi dan membela hak2 kaum muslimin yang tertindas kaum kafir…jika alasannya korban gak bisa dihindari bahkan mungkin menganggap kaum muslimin yang ikut mati hanya sebagai “casualties-korban ikutan” trus apa bedanya dengan jalan fikiran kaum kafir yang mana mereka orang sesat penghuni neraka jahannam.
6.Jika menganggap cara mereka lebih “yahud” sesuai zaman dalam metode berjihad…apakah mereka menuduh cara berjihad Nabi ada yang kurang atau lemah atau tidak valid? Wow…sepintar apakah mereka dalam memahami agama ini jika dibandingkan dengan Rasulullah yang secara langsung menerima syariat dan mendapat bimbingan langsung dari pemilik syariat (tentunya lewat Malaikat Jibril)?
7.Wahai umat muslimin…kritikan peringatan atas diri Amrozi cs yang kami sebar, bukan dalam rangka kami mau menunjukkan siapa yang paling benar…yang terjadi biarlah terjadi…biarlah menjadi urusan antara Amrozi cs dengan Allah ta’ala semata di alam barzah…tapi kami maukan agar kesalahan2 yang telah mereka lakukan tidak ditiru para pemuda khususnya dan atau umat islam secara umum hanya semata-mata bermodalkan semangat/ghirah berjihad yang dibangun di atas ke-jahil-an…sebaiknya sebelum turun di medan jihad, cobalah belajar hadist2 shahih yang menerangkan tuntunan cara berjihad Rasul…memantapkan iman agar niat berjihad lillahi ta’ala tidak tergelincir menjadi niat hanya karena pujian/ghanimah/ketenaran, dsb…dan agar tidak salah dalam belajar penerjemahan makna Al Quran dan Al Hadist maka jangan salah dalam mengikuti ta’lim2 sesat…gunakan mata hati yang bebas buruk sangka…insya Allah akan mendapat tuntunan-Nya…akan sangat mudah mengenali mereka yang berbicara agama dengan di landasi nafsu dengan mereka yang berbicara agama karena takut pada Allah semata.

8.Barokallahu fiikum.

23 Tanggapan to “Kesalahan2 imam samudra cs dalam berjihad”

  1. lintasmarketing Says:

    Artikel-artikel di blog ini bagus-bagus. Coba lebih dipopulerkan lagi di Lintasberita.com akan lebih berguna buat pembaca di seluruh tanah air. Dan kami juga telah memiliki plugin untuk WordPress dengan installasi mudah.
    Kami berharap bisa meningkatkan kerjasama dengan memasangkan WIDGET Lintas Berita di website Anda sehingga akan lebih mudah mempopulerkan artikel Anda untuk seluruh pembaca di seluruh nusantara dan menambah incoming traffic di website Anda. Salam!

  2. senno Says:

    Artikel ini terbantahkan. karena bukti nyata kesyahidan amrozi cs telah ada dan banyak umat islam menyaksikan. amrozi syahid karena : bau harum tubuh mayatnya, pelayat yang datang ribuan dari lintas harokah, datangnya 3 burung pembawa ruh asy-syahid, buktikan sendiri bila anda tidak percaya. Silahkan datang pada keluarga dan kerabat yang menyaksikan langsun g pemakaman merema. Allohu akbar….
    kepada umat islam Indonesia: TERBUKALAH MATA HATI KALIAN……..

  3. senno Says:

    YA Alloh, saya percaya mereka syahid. Jadikanlah aku diantara hamba-Mu yang syahid dunia akhirat. Allohu akbar…

  4. YonY23 Says:

    pernah mempelajari apa dan bagaimana “TALBIS IBLIS”?

  5. YonY23 Says:

    jangankan hanya bau harum, burung, kekaguman manusia…kalau iblis di izinkan untuk menggoda semua yang hadir di area penembakan dan atau di prosesi pemakaman…mereka bisa menjelma menjadi malaikat yang bajunya bercahaya dan putih bersih dan harum (sesuai dengan isi hadist shahih) untuk kelihatan menjemput “arwah si syahid”

  6. Heunceut Beureum Says:

    Hey! Buat kalian2 yang ingin berdebat soal agama, ayo ke http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/ seru lho! Dijamin!

    Btw, congratz buat Amrozi dkk karena Anda sudah lancar memasuki neraka tanpa birokrasi2 yg rumit! Moga2 72 gay yang dijanjikan selalu memperkosa Anda tiap menit. Seharusnya si stupid *ucking Amrozi dkk itu setelah ditembak dicincang dulu sampe kecil2, baru diblender, dimixer, kasi tepung+gula, baru dikasi makan ke babi2 hutan, nah babi2 hutan itu ditembak lagi, lalu dipanggang, lalu dimakan oleh si stupid gay Abu Bakar Baasyir!

  7. YonY23 Says:

    nyerah deh…bahasa kata2 mutiara om heunceut ngeri amat…mungkin saudara salah satu korban bom bali juga? forum yang dikelola kok faith freedom apakah bisa di artikan bebas dalam beragama? maksudnya?

  8. suma Says:

    ideot..!!! anda percaya ama pemerintah indonesia (anjingnya amerika) ??…yg gk pake otak??? profesor ITB aja gk mampu bikin mininuklir berdaya ledak tinggi seperti bom bali, masa amrozi cs yg gk pernah sekolah energi nuklir ??, tuduhan yang gk pake otak..!!
    saya yakin anda semua jg anjingnya amerika laknat…!!!!

  9. YonY23 Says:

    wah anda ngamuk yaa…idola anda yang sesat dalam berjihad di kritik…lagian apa hubunganya antara “profesor ITB aja gk mampu bikin mininuklir berdaya ledak tinggi seperti bom bali, masa amrozi cs yg gk pernah sekolah energi nuklir ??” dengna tema tulisan ??? apa anda bangga menjadi anggota fans club pembunuh massal??? mendingan anda belajar deh,mana yang pantas di caci maki karena merusak kemurnia agama ini…tapi tempat belajarnya jangan yang hanya membahas hadist2 palsu yaaaaa…:-)) saya kasihan dengan anda loh bang suma…kalau jahil dan tidak punya bahan otentik ilmiah jangan hanya bisa mencaci maki yaaaa:-))))

  10. romeo Says:

    Amrozy dkk adalah orang yang bodoh, masak membunuh ratusan orang bisa masuk surga weleh2, bagaimana kalo keluarganya atau kerabatnya amrozy yg dibunuh apa dia ga sedih, itulah yang dirasakan keluarga yang dibunuh amrozy sedih karna ditinggal oleh orang yang dicintai. Alangkah baiknya kita hidup didunia saling menghormati, mengahargai, dan hidup berdampingan dengan rukun. Percuma kita belajar PPKN dari sd-Kuliah. Hey Amrozydkk ada apa denganmu?Kamu sama halnya seperti binatang!!!!kacian deh lo masuk neraka

  11. FARIDS Says:

    To : SUMA
    Anda juga sama kayak amrozi cs, ANJINGNYA TERORIS !!!
    Mengapa anda masih hidup dan diberi nafas juga oleh TUHAN sampai hari ini????
    Bawa aja BOM ledakkan aja sendiri HHAHAHAHA
    DASAR ANJINGGGG….

  12. FARIDS Says:

    FUCK U TERORIS !!!!
    DUNIA BUKAN TEMPAT UNTUKMU,
    NERAKA LEBIH COCOK……
    MEMBELA TERORIS SAMA DENGAN ANJINGGGGG;
    INDUKNYA ANJING KALE HAHAHA

  13. yaliyajilbaber Says:

    Assalamu’alaikum saudara-saudaraku,
    Aku mencintai islam yang membawa kedamaian, aku suka Islam yang menjauhi kekerasan dan kembencian, aku suka Islam yang jauh dari prasangka buruk, aku suka Islam yang menjauhi permusuhan tapi mendekati perdamaian…
    Aku suka dengan Islam yang sabar, toleransi dan keikhlasan…
    jujur aja aku tidak setuju dengan jihad yang dilakukan di bom bali, karena itu tidak mencerminkan wajah islam yang sesungguhnya…
    Seperti dalam Hadist nabi Muhammad SAW bahwa Jihad yang paling besar di dunia ini adalah jihad berperang menghadapi setan yang terkutuk…

  14. M. Sejuki Says:

    @Penulis Artikel, @YonY23, @romeo, @FARIDS, dan yang Anti Imam Samudra Cs lainnya.

    Mestinya kita semua harus tahu dulu, motivasi apa yang melatar belakangi peristiwa Bom Bali tsb. Selama ini data yang umumnya kita peroleh adalah data sepihak dari kelompok yang kontranya saja sementara data dari kelompok yang Pronya tidak kita kaji. Untuk itu, data yang paling shahih adalah bersumber dari si pelakunya sendiri.

    Saya sarankan untuk anda semua, agar mempelajari buku karya Imam Samudra selama dia di penjara menanti saat-saat eksekusi. Buku tsb berjudul “AKU MELAWAN TERORIS”, berjumlah 280 halaman.

    Berikut saya cuplikkan sebagian dari buku tsb (mungkin agak panjang, tetapi mudahan dapat memberikan gambaran lebih lanjut tentang kasus bom Bali) apakah termasuk “jihad fii sabilillah” ataukah “terorisme”. Mari kita simak bersama-sama.

    =========================================================================

    (Halaman 108 – 114)

    PENGERTIAN JIHAD

    – Dari segi bahasa (etimologi), secara simpel jihad berarti bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga untuk mencapai satu tujuan. Dalam hal ini seseorang yang bersungguh-sungguh dalam mencari jejak bisa dikategorikan jihad.

    – Dari segi istilah, jihad berarti bersungguh-sungguh memperjuangkan hukum Allah, menda’wahkannya serta menegakkannya.

    – Dari segi Syar’i, jihad berarti berperang melawan kaum kafir yang memerangi Islam dan kaum muslimin. Pengertian syar’i ini lebih dikenal dengan sebutan ‘jihad fii sabilillah’.

    Seingatku, ketiga definisi di atas telah menjadi ijma’ (konsensus) para ulama salafush shalih, terutama dari kalangan empat mazhab (Syafi’i, Hambali, Maliki, Hanafi). Jadi, tidak ada perselisihan pendapat pendefinisian jihad dalam hal ini.

    Mereka yang ingin mengkaji lebih mendalam tentang hal ini, dapat membaca buku berjudul Al-Jihaadu Sabiilunaa (Jihad Jalan Kami) karya Syaikh Abdul Baqi Ramdun. Juga Kitaabul Jihaad, karya Syaikh Ibnul Mubarak, atau Fii At-Tarbiyah Al-Jihaadiyah Wal-Binaa (Pendidikan dan Pembinaan Jihad) karya Syaikh Asy-Syahid Dr. Abdullah Azzam. Atau bisa juga buku-buku lain yang berhubungan dengan jihad serta ditulis oleh ulama-ulama yang berkompeten dan terlibat aktif dalam dunia jihad (Ulama ‘Aamiliin).

    Dalam kaitan dengan peristiwa bombing di Bali, pengertian ketiga (Jihaad fii sabiilillaah) lebih tepat dan pas untuk kita bahas dan analisis.
    Pada tataran tertentu ada semacam 2 (dua) kebingungan besar yang menjadi teka-teki peristiwa bom di Bali. KEBINGUNGAN PERTAMA adalah “adanya korban dari kalangan bangsa Indonesia sendiri khususnya kaum muslimin”. KEBINGUNGAN KEDUA adalah, “mengapa dilakukan di Bali?”

    Sekali lagi, ini bukan persoalan enteng yang bisa asal jawab. Harus ada dasar hukum yang jelas sebagai landasan sebelum beramal (al-’ilmu qablal ‘aamal), atau sebelum mengadakan aksi jihad tsb. Dua kebingungan besar akan kita analisa terlebih dahulu setelah mendapat penjelasan yang tegas; jihad atau bukan, peristiwa 12 Oktober 2002 tsb?

    BOM BALI = JIHAAD FII SABIILILLAAH

    Berdasarkan niat atau rencana target, jelas bom Bali merupakan jihaad fii sabiilillaah, karena yang jadi sasaran utama adalah bangsa-bangsa penjajah seperti Amerika dan sekutunya. Ini menjadi semakin jelas dengan adanya pembantaian massal terhadap ummat Islam di Afghanistan pada bulan Ramadhan tahun 2001 yang disaksikan oleh hampir seluruh ummat manusia di segala penjuru bumi. Bangsa-bangsa penjajah pembantai kaum lemah dan bayi-bayi tak berdosa itulah yang disebut kaum musyrikin (kaum kafir) yang berhak diperangi sebagaimana tersebut dalam firman Allah,

    “….dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa” (At Taubah: 36)

    ‘SIPIL’ BANGSA-BANGSA PENJAJAH JADI SASARAN?

    Telah menjadi pengetahuan umum, bahwa Amerika, Australia, Singapura, Thailand dan beberapa negara lainnya memiliterisasi rakyat sipil. Jadi omong kosong kalau dikatakan bahwa turis dari bangsa-bangsa tersebut yang melancong ke Indonesia dianggap sebagai warga sipil. Apalagi beberapa bulan sebelum 12 Oktober 2002, Amerika telah gembar-gembor tentang kondisi di Indonesia. Hal ini tentu menjadi momok yang menakutkan bagi ‘warga sipil’. Dus, ‘warga sipil bangsa manapun tidak punya keberanian untuk melancong ke Indonesia yang telah diramaikan oleh kasus bom di beberapa kota. Logikanya, orang yang berani datang ke kancah bom pada umumnya bukan terdiri dari warga sipil, termasuk bangsa-bangsa penjajah seperti Amerika dan sekutunya.

    Jadi, si John Howard sesaat setelah attack 12 Oktober 2002 yang menyatakan bahwa ‘ratusan rakyat sipil’ Australia telah menjadi korban ‘teroris’ di Bali, pada hakekatnya adalah jeritan drakula monster berdasi yang telah memutar-balikkan fakta demi memperoleh simpati dari bangsa-bangsa lain.

    Iktikad di atas barangkali masih dianggap sebagai ‘asumsi ngambang’ yang belum bisa diterima sepenuhnya. Penjelasan tentang hal tersebut perlu diberikan untuk mementahkan tuduhan bahwa operasi jihad di Bali pada 12 Oktober 2002 murni ditujukan kepada rakyat sipil seperti yang digembar-gemborkan si John Howard.

    Selain itu, penjelasan tsb juga diperlukan untuk mengimbangi dakwaan bahwa warga Australia yang tewas di Bali adalah sebagai inocent alias rakyat yang tidak tahu-menahu tentang urusan perang, alias rakyat tak berdosa, seperti juga dinyanyikan oleh si Bush. Si Bush dan si John Howard barangkali ingin mengatakan, “Kalau mau memerangi kami, ya jangan rakyat sipilnya dong, perangi saja tentaranya itu baru gentle!”

    Konyolnya, ada ulama dari kalangan kaum muslimin yang termakan celotehan vampire-vampire tersebut sehingga dengan seenaknya berfatwa, “Apa pun alasannya, Islam mengutuk tindakan tersebut. Islam tidak membenarkan memerangi warga sipil dari bangsa dan agama apapun!”

    Ucapan senada terdengar pula ketika terjadi operasi jihad WTC dan Pentagon pada 11 September 2001. Lalu ulama-ulama yang tak pernah angkat senjata dan tak pernah berjihad itu, yang kehidupan mereka dipenuhi dengan suasana comfortable (serba nyaman), segera menjilat penjajah Amerika dan mencari muka sambil ketakutan dituduh sebagai ‘teroris’ dengan mengeluarkan ‘fatwa’ agar kaum muslimin mendonor darah bagi korban tragedi WTC dan Pentagon, sekalipun korbannya jelas-jelas bangsa kafir penjajah. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi pada 12 Oktober 2002.

    Yang paling ironis, menjengkelkan dan menjijikkan adalah bahwa ‘ulama-ulama’ itu tidak berbuat hal-hal yang sama tatkala ratusan ribu ummat Islam dibantai oleh Amerika dan sekutunya. Tidak ada sepatah kritik pun yang keluar dari mulut mereka demi menghentikan kebiadaban kafir Amerika dan sekutunya, apalagi ‘fatwa’ untuk mendonor darah. Mata dan telinga mereka sesungguhnya melihat dan mendengar tragedi menyayat hati yang diderita ummat Islam itu, tetapi bibir mereka bungkam sejuta bahasa. Hati mereka terbalik sudah, lebih takut kepada manusia bernama kafir Amerika dan sekutunya ketimbang takut kepada Allah dan membela saudara mereka seiman dan seaqidah.

    BOLEHKAH MEMERANGI SIPIL BANGSA-BANGSA ‘PENJAJAH’?

    Bangsa yang paling brengsek, licik, bejat dan amoral dalam memblow-up isu sipil adalah bangsa Israel. Ketika mujahid dan anak-anak kecil intifadhah membalas serangan tentara Israel, diisukan bahwa Palestina menyerang sipil Israel. Sebaliknya ketika tentara bangsa keturunan monyet itu menghancurkan ribuan penduduk Palestina dan memusnahkan segala infra struktur mereka, Yahudi terkutuk itu melarang media massa apapun untuk menyiarkan kebinatangan mereka.

    Trik kotor, curang, culas, licik, pengecut ini kemudian diikuti oleh si Bush ketika terjadi attack terhadap WTC dan Pentagon. Begitu juga si John Howard melakukan hal yang sama ketika terjadi peristiwa 12 Oktober 2002. Taruhlah bahwa memang yang tewas pada peristiwa bom Bali adalah rakyat sipil dari bangsa-bangsa penjajah alias drakula itu, secara hukum bolehkah mereka diperangi?

    Limabelas abad lebih yang lalu, Islam telah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, baik secara eksplisit maupun implisit. Ini terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah yang kemudian diterangkan dalam bentuk Fatwa ataupun ijtihad oleh ulama yang berkompeten dalam bidangnya.

    Namun sebelum merujuk kepada nash-nash syar’i, ada baiknya kita membuat perbandingan dan pertanyaan sederhana terhadap beberapa peristiwa pembantaian sipil muslim yang dilakukan oleh penjajah Amerika dan konco-konconya di beberapa negara Muslim.

    1. Pada Tahun 1991 Amerika melalui PBB telah meng-embargo Irak dengan alasan yang sama sekali tidak masuk akal dan tidak bisa diterima dengan akal sehat. Ini mengakibatkan kematian lebih 600.000 bayi di Irak. Angka ini kemudian berkembang menjadi 1,5 juta bayi menjadi korban (Jakarta Post, 4 Desember 2002).

    2. Dalam periode kepemimpinan Taliban (1994-2001), Amerika meng-embargo Afghanistan melalui trik PBB dengan alasan yang juga tidak mungkin bisa diterima oleh akal waras manusia. Ribuan sipil Afghanistan kembali menjadi korban. Dunia bungkam.

    3. Ratusan ribu sipil Palestina dibantai oleh Israel dengan restu dari Pentagon. Amerika juga membantu peralatan perang sekaligus finansial. Kebiadaban telanjang itu disaksikan oleh seluruh penjuru dunia. Dunia tetap bungkam.

    4. Pasca WTC dan Pentagon 2001, salibis Amerika dan bala tentara sekutunya mementaskan kebrutalan dan kebiadaban sangat luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh Amerika yang di hatinya penuh dendam dan permusuhan abadi.

    Situs http://www.khurasan.com menyebut angka 200.000 jiwa dari kalangan sipil Afghanistan yang tewas akibat dijatuhi ribuan ton bom bangsa-bangsa penjajah itu. Dunia tahu bahwa semua yang jadi sasaran itu adalah murni rakyat sipil muslim.

    Amerika sengaja meng-ekspose WTC secara berlebih-lebihan. Sebaliknya mereka menihilkan serangan terhadap Pentagon pada hari, bulan dan tanggal, serta tahun yang sama. Mengapa?

    Di satu sisi mereka menderita ‘hilang muka’ yang luar biasa karena markas militer yang menjadi mitos terhebat dan terampuh serta tercanggih di dunia itu akhirnya jebol oleh serangan yang tak terdeteksi sama sekali. Secara praktis kepercayaan dunia terhadap sistem pertahanan Amerika menjadi anjlok alias runtuh sama sekali.

    Karena itulah mereka sengaja menutupi rasa malu mereka dengan meng-ekspose berita WTC melebihi data sebenarnya. Tujuannya adalah untuk membentuk opini bahwa korban di WTC adalah ’sipil’ yang tidak pantas dibunuh. Karenanya, pelakunya harus dihukum oleh pengadilan Internaional. Setelah sebelumnya mereka bersungut-sungut merasa diri sebagai Polisi Dunia, pasca tragedi WTC secara tiba-tiba mereka berubah menjadi Hakim Dunia, sehingga dengan seenak perutnya sendiri, mereka menggelar operasi pembantaian berjudul infinitive justice (perang salib).

    Dari sekian pentas keangkuhan dan kebrutalan yang dipamerkan para penjajah itu, Amerika dan sekutunya dengan jelas meninggalkan pesan telanjang dan berkata:

    1. Kami adalah kebenaran, dan selain kami adalah salah.

    2. Hanya kami yang boleh membunuh dan memerangi siapa pun, bangsa mana pun, yang kami anggap salah.

    3. Mereka yang melawan kami adalah teroris dan wajib kami perangi bersama seluruh bangsa dunia yang “berperadaban”.

    4. Apapun yang kami lakukan adalah atas dasar “kebenaran, keadilan dan peradaban”.

    5. Kami boleh, sah, dan dibenarkan membunuh warga sipil terutama Muslim di mana pun dan kapan pun kami suka dan mau. Sedangkan warga sipil kami tidak boleh dibunuh atau diperangi.

    6. Memerangi warga sipil kami dalam bentuk apapun adalah dilakukan oleh ‘teroris’ dan bangsa yang tak berperadaban.

    Wahai siapa saja yang bisa mendengar, bangsa muslim telah dianggap binatang. Darah dan nyawa mereka sama sekali tiada harga. Ada di sana, seorang drakula berjubah putih. Di depannya ada seekor kambing tak berdaya yang telah diikat empat kakinya. Kambing mati disembelih si drakula. Jubah drakula terpercik darah kambing. Tiba giliran kambing yang lain, sang kambing melawan dan meronta. Apa kata si drakula? “Kambing ini biadab! Kambing ini teroris! Lihatlah jubahku penuh darah!”

    Jadi, perlawanan bangsa-bangsa muslim atas penindasan yang telah dilakukan oleh Amerika dan sekutunya adalah TINDAKAN TERORIS. Aturan siapa itu? Undang-undang siapa itu? Anehnya, dunia membisu dan setuju atas semua kecurangan dan ketidak-adilan ini. Tidak sedikit dari kalangan muslim yang ikut latah dengan tindakan biadab Amerika itu.

    Sungguh, semua kejahatan dan kezhaliman para penjajah itu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Ummat Islam harus bangkit melawan mereka dengan segala daya dan upaya. Perlawanan yang disyari’atkan oleh Islam adalah dengan cara jihad.

    Maka, bom Bali adalah satu bentuk jawaban yang dilakukan oleh segelintir kaum muslimin yang sadar dan mengerti akan arti sebuah pembelaan dan harga diri kaum muslimin. Bom Bali adalah satu diantara perlawanan yang ditujukan terhadap penjajah Amerika dan sekutunya. Bom Bali adalah salah satu jihad yang harus dilakukan, sekalipun oleh segelintir kaum muslimin.

    (Cuplikan buku ‘AKU MELAWAN TERORIS’ karya Imam Samudra saya lanjutkan lagi pada halaman 116-118)

    MEMERANGI SIPIL BANGSA-BANGSA PENJAJAH SEBAGAI TINDAKAN SETIMPAL DAN ADIL

    Akan tetapi, yang terjadi adalah bangsa-bangsa penjajah itu telah, sedang, dan akan terus membantai warga sipil bangsa-bangsa muslim. Namun dalam prakteknya Amerika dan sekutunya telah melampaui batas.
    Allah Maha Suci, Allah Maha Benar! Allah tidak membiarkan hamba-hamba-Nya diperlakukan curang oleh kaum kafir. Perang dibalas perang, darah dibalas darah, nyawa dibalas nyawa, pelampauan batas dibalas dengan setimpal.

    “Oleh karena itu barang siapa menyerang kamu, maka balaslah serangan mereka seimbang/setimpal dengan yang mereka lakukan terhadap kamu….” (Al-Baqarah: 194).

    Maka memerangi warga sipil (kalau memang benar sipil) dari bangsa-bangsa penjajah adalah tindakan yang wajar dilakukan demi keseimbangan dan keadilan. Darah dibalas darah, nyawa dibalas nyawa, dan … sipil dibalas sipil! Itulah keseimbangan dan itulah keadilan.

    “Dan jika kamu mengadakan pembalasan, maka balaslah dengan balasan yang setimpal dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu ….” (An-Nahl: 126).

    Dengan demikian jelaslah sudah, bahwa ’sipil’ bangsa-bangsa penjajah, yang pada asalnya tidak boleh diperangi, berubah menjadi boleh diperangi karena adanya tindakan yang melampaui batas, yaitu pembantaian atas warga sipil yang dilakukan oleh bangsa penjajah.
    Dengan demikian tercapailah keseimbangan hukum dalam perlawanan. Dan dengan demikian, jihad bom Bali tidak dilakukan secara asal-asalan dan serampangan.

    Di belakang semua peristiwa itu, berdiri hukum-hukum dan pertimbangan yang didasarkan atas Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lengkap dengan tafsir dan fatwa dari beberapa ulama yang berkompeten akan hal ini. Bom Bali hanyalah setitik reaksi terhadap sekian banyak aksi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa penjajah bernama Amerika dan sekutunya terhadap ummat Islam di seluruh dunia.

    Perang memang kejam, perang memang mengerikan, perang memang menyakitkan dan perang memang menakutkan. Tetapi, akan tetapi ….. membiarkan kekejaman bangsa-bangsa penjajah terhadap bangsa-bangsa muslim adalah ‘LEBIH KEJAM’. Membiarkan kengerian, ketakutan dan kesakitan yang terus menimpa kaum muslimin akibat kebiadaban drakula-drakula monster itu adalah juga (bahkan malah) ‘LEBIH KEJAM LAGI’.

    Kebiadaban barbarian seperti itu (apalagi main keroyokan) hanya lazim dilakukan oleh kaum musyrik dengan segala kesyirikannya. Kesyirikan itulah yang disebut fitnah. Dan ketahuilah bahwa fitnah yang dilakukan oleh para agresor itu adalah ‘lebih kejam’ dari peperangan biasa. Karenanya Allah mewajibkan perang.
    Demi keseimbangan, demi pertahanan, demi pembelaan diri, dan demi keadilan serta kemuliaan, Allah mewajibkan perang.

    “Telah diwajibkan berperang kepadamu, padahal perang itu sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah: 216).

    =========================================================================

    Semoga bisa dimengerti, khususnya bagi kaum muslim agar tidak terdapat kesimpang-siuran tentang peristiwa Bom Bali. Menilai Bom Bali tentu harus ngerti dulu konteksnya. Jika konteksnya dalam kondisi normal, jelas itu adalah teroris. Tetapi jika konteksnya kesetaraan (QISHASH) sebagai balasan karena musuh sudah berlaku melampaui batas membantai sipil-sipil muslim dengan sangat brutalnya (bayi-bayi tak berdosa, ibu hamil dan menyusui, pasar dibom, Rumah Sakit dibom dll) dengan jumlah sampai jutaan orang di Palestina, Iraq dan Afghanistan, kenapa pembalasan yang dilakukan Imam Samudra Cs yang di Bali dengan hanya 202 korban tewas kok malah ributnya begitu luar biasa?

    Kenapa pembantaian sipil tidak boleh dibalas dengan setimpal, padahal sipil musuh dipilih dari kelompok yang suka bermaksiat?

    Adilkah cara berfikir seperti itu?

  15. YonY23 Says:

    payah deh…semua yang datang tidak ada yang membaca isi postingan…hanya membaca judulnya langsung emosian…kayak m sejuki yang lagi2 memamerkan ke-jahilan-nya…mengutip buku dari orang yang jahil…padahal kalau mau membaca “minimal” dari 3 tulisan postingan mengenai amrozi cs telah jelas termasuk buku bathil kebanggaan fans club jihad ala amrozi cs, padahal telah mendapat bantahan ilmiah dengan judul “mereka adalah teroris” silahkan membacanya…jika untuk menjelaskan lagi dari syubahat di atas kayaknya tidak akan pernah selesai…baca secara berdampingan kedua buku dengan hati yang tenang tanpa ada sifat buruk sangka

  16. M. Sejuki Says:

    @Untuk YonY23

    Anda bilang buku “AKU MELAWAN tERORIS” karya Imam Samudra adalah BATHIL? Di mana letak bathilnya?

    Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary telah membantah buku Imam Samudra tsb di sini :

    http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=246

    Atas tulisan beliau tsb telah saya sanggah di sini :

    http://wadehel.wordpress.com/2006/07/28/amrozi-berangkat-ke-surga-semua-boleh-lega/

    Bantahan saya tsb selengkapnya sebagai berikut :

    Tentang situs : KONTRA “BUKU AKU MELAWAN TERORIS” karya Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary, berikut saya akan coba menanggapinya dari sudut pandang pemahaman saya.

    Ustadz AHY (saya singkat saja begitu).

    Menyimak apa yang telah diuraikan Ustadz AHY dalam tulisannya yang berjudul ===”Aku Melawan Teroris” Sebuah Kedustaan Atas Nama Ulama Ahlussunnah===, saya melihat cara berfikirnya tidak adil, tidak fokus kepada apa yang dimaksud Imam Samudra, dan cenderung “CULAS”. Mengangkat satu bagian dengan menyembunyikan bagian yang lain. Cara berfikir seperti ini, sebetulnya banyak kita temui bukan saja pada zaman Rasulullah, tetapi di zaman sekarang pun juga banyak.

    Sebagai contoh, banyak pendapat dari kalangan ulama bahwa Islam itu agama damai (yes, saya setuju), Islam itu rahmatan lil ‘alamin (juga benar, saya setuju), Islam itu agama toleran (tidak salah, saya juga mengiyakan), Islam itu tidak anarkis (saya juga angkat topi, dll yang serba baik, serba lembut, serba damai). Tetapi jangan lupa, bahwa semua itu benar apabila dikaitkan dengan konteks yang pas, namun tidak bisa diterapkan dalam semua keadaan, terutama pada saat kondisi Islam telah daqn sedang diperangi, dibantai, apalagi dengan cara keroyokan dan dunia Islam pada membisu, PBB mandul. Pada kondisi diperangi tsb, apalagi dengan cara keroyokan dan brutal seperti yang dipertontonkan Amerika Cs, maka sosok ISlam pun juga harus berubah jadi garang segarang bagaimana Rasulullah memimpin langsung pasukan muslim sebanyak 28 kali peperangan. Mereka yang mengangkat sosok Islam sebagai sosok yang lembut dalam kondisi seperti ini, tentunya sudah tidak relevan lagi. Islam begitu indah, tetapi Islam juga akan begitu garang jika sudah dizhalimi dan disakiti apalagi dengan cara tidak bermoral dan main keroyokan. Mempertaruhkan nyawa demi perlawanan dan harga diri, adalah Jihad tertinggi dalam Islam sebagaimana yang telah dilakukan Imam Samudra Cs.

    Baiklah, kita kembali pada tulisan Ustadz AHY.

    USTADZ AHY MENULIS :

    Entah keadilan dan keseimbangan hukum mana yang dia anut (maksudnya dianut oleh Imam Samudra Cs). Kalaulah warga sipil dari negara penjajah itu berada di medan pertempuran dengan kaum muslimin dan mereka terlibat dalam penyerangan terhadap kaum muslimin, maka dapat dibenarkan memerangi mereka. Tetapi apa yang terjadi dengan bom Bali? Tak ada seorang pun yang mengatakan bahwa di Bali sedang berkecamuk perang antara muslimin dan kafirin. Lagi pula, tak sedikit dari kaum muslimin yang menjadi korban bom jahat itu.

    TANGGAPAN SAYA :

    Ustadz AHY sengaja menyembunyikan fakta di mana sipil muslim telah dibantai Israel dan Amerika cs khususnya di Palestina, Afghanistan, dan Iraq yang masih berjalan hingga kini dan entah sampai kapan. Tetapi dari sisi lain, dia malah mengangkat sipil musuh tidak berada di lapangan ikut memerangi sipil muslim, oleh karenanya sipil musuh tidak dibenarkan diperangi. Keculasan Ustadz AHY dalam mengulas kata-kata dan menggambarkan kondisi yang tidak mungkin terjadi. Amerika Cs bersama begundalnya memobilisasi militernya secara keroyokan menyerang Afghanistan dan Iraq, bagaimana mungkin mereka akan mengajak sipilnya? Konteksnya bukan itu. Konteksnya adalah sipil muslim telah dibantai, dan negara mereka dihancurkan. Itu faktanya. Kenapa Ustadz AHY sepertinya “ALERGI” bahkan begitu tega mengesampingkan saudaranya sendiri yang telah telah dibantai dengan sangat kejamnya? Di mana rasa “UKHUWAH ISLAMIYAH” nya?

    Karena musuh telah membantai sipil muslim, maka berlaku ayat Allah :

    “Barangsiapa yang menyerang kamu maka seranglah ia, sebanding dengan serangannya terhadapmu. Dan jika kamu memberikan balasan maka balaslah dengan balasan yang setimpal dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu”. (Al-Baqarah [2]:194 dan An-Nahl [16]:126)

    Sepertinya Ustadz AHY tidak mengerti apa yang dimaksud “BALASAN SETIMPAL”. Pertanyaan mendasarnya adalah, dimana keberpihakan Ustadz AHY sebagai seorang Muslim apalagi sebagai seorang Ustadz terhadap saudara-saudaranya yang telah dibantai dan negaranya dihancurkan? Di mana prinsip “UKHUWAH ISLAMIYAH” nya sebagai seorang muslim apalagi sebagai seorang Ustadz terhadap saudara-saudaranya yang telah dibantai? Tidak mau tahukah dia bahwa prinsip “UKHUWAH ISLAMIYAH” adalah sendi mendasar akan bernilainya harga diri kaum muslimin, dan yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya, namun sekaligus sangat membuat gentar musuh-musuh Allah?

    Kemudian Ustadz AHY menyinggung bahwa Bali bukan area perang. Benar jika kondisinya pada saat normal. Tetapi jika Islam sudah diperangi, maka sama saja dengan memerangi seluruh kaum muslimin di dunia, dan oleh karenanya pada setiap jengkal tanah di bumi Allah ini adalah area perang. Bali menurut Asy Syahid Imam Samudra Cs bukan sasaran apalagi bangsa sendiri dan terlebih lagi kaum muslim. Bali hanya sekeping bumi Allah yang bernama Indonesia dari sekian luasnya bumi Allah yang kebetulan merupakan tempat berkumpulnya sipil-sipil bangsa “VAMPIRE BIN MONSTER BIN DAJJAL” si pembantai kaum muslim. Karena tidak bisa menyerang langsung ke Amerika dan sekutunya mengingat begitu ketatnya pengamanan negara-negara pembantai tsb, dan kebetulan mereka juga orang-orang yang di “Wanted”, maka meletuslah bom Bali tsb. Dan, terhadap sebagian kaum muslim yang ikut jadi korban, mereka (Imam Samudra Cs) telah meminta maaf, dan telah mereka bayar dengan berpuasa selama 2 (dua) bulan berturut-turut sesuai tuntunan Al Qur’an. Konsekwensi Bom, ekses negatifnya sangatlah sulit dihindari, namun itulah konsekwensi dari satu perlawanan. Nyawa dengan nyawa, darah dengan darah, bom dengan bom, sipil dengan sipil. Ustadz AHY dan masih banyak lagi kaum muslim lainnya baik yang mengaku ulama, ataupun Ustadz ataupun Da’i ataupun Kiyai maupun muslim awam lainnya yang memandang Islam itu masih sebatas kebangsaan, sehingga Islam di Indonesia dikesankan berbeda dengan Islam di Timur Tengah (Palestina, Afghanistan, Iraq), dan berbeda pula dengan Islam-Islam lainnya di negara lain lagi dll. Sehingga karenanya berlaku prinsip, “Oooo… itu kan urusan orang Islam di Palestina, di Iraq, di Afghanistan dll, jadi bukan urusan orang Islam yang di Indonesia. Yang penting Indonesia aman-aman saja (tidak perduli saudaranya merintih kesakitan sedang memerlukan pertolongan saudara-saudara muslim lainnya)”.

    Sempit sekali pemahaman ke-Islam-an Ustadz AHY.

    KEMUDIAN USTADZ AHY MENULIS DENGAN MENYITIR SEBUAH HADITS RASULULLAH :

    “Barangsiapa membunuh mu’ahad (orang kafir yang terikat perjanjian damai) tidak pada waktu/tempatnya maka Allah mengharamkan surga untuknya.” (Hadits shahih dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya no. 2760, An-Nasai dalam Sunan-nya no. 4761 dari shahabat Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu).

    TANGGAPAN SAYA :

    Hadits tsb konteksnya lepas atau tidak pas. Perjanjian damai yang dimaksud dalam konteks kekinian adalah antara bangsa VAMPIRE BIN MONSTER BIN DAJJAL, si penghisap darah kaum muslimin (Israel dan Amerika Cs) dengan Khalifah kaum muslimin. Pertanyannya adalah, sudah berdiri tegakkah Khilafah Islamiyah? Jelas belum. Lalu pada saat ini apakah Amerika telah berdamai dengan kaum muslim yang sedang dibantai mereka di Israel, Afghanistan dan Iraq? Tidak ada sama sekali. Jangankan berdamai, minta maaf saja tidak, bahkan pembantaian demi pembantaian malah makin menjadi-jadi lagi dan masih berlangsung hingga kini entah sampai kapan. Berita terakhir, AS akan mengirim lagi sekitar 20 ribu tentaranya ke Afghanistan. Bagaimana mungkin Ustadz AHY dengan begitu gagahnya mengangkat Hadits Rasulullah tsb sebagai Hujjah?

    USTADZ AHY MENULIS :

    Imam Samudra mencela para ulama yang menempuh manhaj Salaf di saat mereka tidak mencocoki hawa nafsunya. Ketika para ulama menyatakan haramnya operasi bom seperti yang dia lakukan di Bali, dia dengan pongahnya mengatakan, “Fatwa para ulama itu akibat tekanan dari Amerika.” Ketika para ulama mengutuk peristiwa WTC dengan angkuhnya dia mengatakan, “Para ulama itu munafiq.” Lalu bagaimana dia katakan dirinya mengikuti manhaj Salafus Shalih sedangkan dia mencela ulama-ulama yang menempuh manhaj Salaf?! Bagaimana kiranya pembaca menyikapi dan menghukumi orang yang prototipenya model begini?

    TANGGAPAN SAYA :

    Ustadz AHY kembali menunjukkan ketidak jujurannya dalam menulis. Memang benar Imam Samudra mengatakan kelompok Ulama kebanyakan telah bersikap munafik dalam menanggapi kasus Bom Bali, namun kenapa Imam Samudra sampai menudingnya seperti itu, tidak dia tonjolkan sama sekali. Yang ditonjolkan adalah satu kesan bahwa Imam Samudra telah mencela Ulama-ulama yang menempuh manhaj Salaf?

    Mari kita lihat apa yang telah ditulis Imam Samudra seutuhnya tentang tudingan Munafik kepada Ulama-ulama yang mengharamkan Bom Bali tsb.

    ‘SIPIL’ BANGSA-BANGSA PENJAJAH JADI SASARAN? (Halaman 109 dan 110)

    Telah menjadi pengetahuan umum, bahwa Amerika, Australia, Singapura, Thailand dan beberapa negara lainnya memiliterisasi rakyat sipil. Jadi omong kosong kalau dikatakan bahwa turis dari bangsa-bangsa tersebut yang melancong ke Indonesia dianggap sebagai warga sipil. Apalagi beberapa bulan sebelum 12 Oktober 2002, Amerika telah gembar-gembor tentang kondisi di Indonesia. Hal ini tentu menjadi momok yang menakutkan bagi ‘warga sipil’. Dus, ‘warga sipil bangsa manapun tidak punya keberanian untuk melancong ke Indonesia yang telah diramaikan oleh kasus bom di beberapa kota. Logikanya, orang yang berani datang ke kancah bom pada umumnya bukan terdiri dari warga sipil, termasuk bangsa-bangsa penjajah seperti Amerika dan sekutunya.

    Jadi, si John Howard sesaat setelah attack 12 Oktober 2002 yang menyatakan bahwa ‘ratusan rakyat sipil’ Australia telah menjadi korban ‘teroris’ di Bali, pada hakekatnya adalah jeritan drakula monster berdasi yang telah memutar-balikkan fakta demi memperoleh simpati dari bangsa-bangsa lain.

    Iktikad di atas barangkali masih dianggap sebagai ‘asumsi ngambang’ yang belum bisa diterima sepenuhnya. Penjelasan tentang hal tersebut perlu diberikan untuk mementahkan tuduhan bahwa operasi jihad di Bali pada 12 Oktober 2002 murni ditujukan kepada rakyat sipil seperti yang digembar-gemborkan si John Howard.

    Selain itu, penjelasan tsb juga diperlukan untuk mengimbangi dakwaan bahwa warga Australia yang tewas di Bali adalah sebagai inocent alias rakyat yang tidak tahu-menahu tentang urusan perang, alias rakyat tak berdosa, seperti juga dinyanyikan oleh si Bush. Si Bush dan si John Howard barangkali ingin mengatakan, “Kalau mau memerangi kami, ya jangan rakyat sipilnya dong, perangi saja tentaranya itu baru gentle!”

    Konyolnya, ada ulama dari kalangan kaum muslimin yang termakan celotehan vampire-vampire tersebut sehingga dengan seenaknya berfatwa, “Apa pun alasannya, Islam mengutuk tindakan tersebut. Islam tidak membenarkan memerangi warga sipil dari bangsa dan agama apapun!”

    Ucapan senada terdengar pula ketika terjadi operasi jihad WTC dan Pentagon pada 11 September 2001. Lalu ulama-ulama yang tak pernah angkat senjata dan tak pernah berjihad itu, yang kehidupan mereka dipenuhi dengan suasana comfortable (serba nyaman), segera menjilat penjajah Amerika dan mencari muka sambil ketakutan dituduh sebagai ‘teroris’ dengan mengeluarkan ‘fatwa’ agar kaum muslimin mendonor darah bagi korban tragedi WTC dan Pentagon, sekalipun korbannya jelas-jelas bangsa kafir penjajah. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi pada 12 Oktober 2002.

    Yang paling ironis, menjengkelkan dan menjijikkan adalah bahwa ‘ulama-ulama’ itu tidak berbuat hal-hal yang sama tatkala ratusan ribu ummat Islam dibantai oleh Amerika dan sekutunya. Tidak ada sepatah kritik pun yang keluar dari mulut mereka demi menghentikan kebiadaban kafir Amerika dan sekutunya, apalagi ‘fatwa’ untuk mendonor darah. Mata dan telinga mereka sesungguhnya melihat dan mendengar tragedi menyayat hati yang diderita ummat Islam itu, tetapi bibir mereka bungkam sejuta bahasa. Hati mereka terbalik sudah, lebih takut kepada manusia bernama kafir Amerika dan sekutunya ketimbang takut kepada Allah dan membela saudara mereka seiman dan seaqidah.

    KEMUDIAN PADA HALAMAN 186, IMAM SAMUDRA MENULIS :

    Pasca kejadian Istisyhaad WTC, dunia terperangah. Animo masyarakat dunia untuk mempelajari Islam kian meningkat. Bahkan bilangan pemeluk Islam dunia terus bertambah. Ini sangat menakjubkan, mengejutkan kaum kafir, bahkan mengejutkan orang Islam sendiri. Betapa tidak? Amerika dan sekutunya mengutuk kejadian itu. Mereka dengan sengaja mencoreng-coreng wajah Islam. Tak sedikit para Ulama Munafik dan Qaa’idiin (hanya duduk-duduk; tidak berjihad) yang ikut mengutuk bahkan turut berduka cita atas kejadian itu.

    Bahkan Yusuf Qardhawi tanpa merasa berdosa dan malu, menyerukan agar masyarakat muslimin dunia mendonor darah untuk korban WTC. Naifnya, beliau tidak melakukan hal yang sama untuk korban sipil Afghanistan yang terdiri dari lelaki tua lemah, wanita muslimah, bayi-bayi tak berdosa, yang mengerang akibat pembantaian yang dilakukan Kafir Salibis Amerika dan sekutunya.

    (Komentar saya : Terhadap korban WTC dan Bom Bali, banyak Ulama menyampaikan keprihatinan mendalam dan mengutuk pelakunya serta menyerukan kaum muslimin untuk mendonorkan darahnya, sementara terhadap korban sipil Afghanistan dan Iraq yang nota bene adalah saudara-saudara mereka sendiri [seiman] yang telah dibantai dengan bom-bom Jahannam Amerika Cs, mereka tidak menyampaikan keprihatinan yang mendalam dan tidak mengutuk pelakunya serta tidak menyerukan seruan yang sama untuk donor darah. Sikap Ulama “PENJILAT” yang seperti itu kalau bukan “MUNAFIK”, lalu apa?)

    KEMUDIAN USTADZ AHY MENULIS :

    Imam Samudra mengkafirkan pemerintahan Indonesia, dianggapnya hukum di Indonesia tidak jauh beda dengan hukum Ilyasiq5 yang berlaku di zaman Jenghis-Khan, maka hukum Indonesia adalah hukum kafir new Ilyasiq. (Aku Melawan Teroris hal. 200-201).

    (Catatan : Hukum Ilyasiq adalah suatu produk hukum yang merupakan cuilan-cuilan atau kompilasi [gabungan] dari hukum Yahudi, sebagian hukum Nasrani dan sebagian Hukum Islam [tepatnya Hukum Gado-Gado])

    Kemudian pada tulisan berikutnya (saya singkat) bahwa Ustadz AHY telah mencap Imam Samudra sebagai termasuk kaum Khawarij, yaitu kaum yang mengklaim kelompoknya lah yang paling benar dengan mengkafirkan kelompok yang lain.

    TANGGAPAN SAYA :

    Tuduhan Ustadz AHY terhadap Imam Samudra Cs sebagai kelompok Khawarij sangatlah tidak tepat dan mengada-ada. Imam Samudra mengkafirkan Pemerintah Indonesia karena tidak berhukum kepada Hukum Allah, karena memang ada dalilnya. Dan, dalil tsb telah ditulis sendiri oleh Ustadz AHY, yaitu melalui firman Allah berikut :

    “…Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (QS Al Maaidah [5]:44)

    Pertanyaannya, benarkah Pemerintah Indonesia berhukum kepada HUKUM ALLAH dalam setiap memutus perkaranya? Apakah Syari’at Islam (Hukum-hukum Allah) sudah diterapkan di Indonesia ini? Jika belum, dan memang belum, maka alasan apa dengan begitu pongahnya Ustadz AHY menuding Imam Samudra sebagai KELOMPOK KHAWARIJ? Justeru tudingan Imam Samudra tsb memang benar faktanya, bahwa Indonesia belum menerapkan Syari’at Allah yang dalam konteks ayat di atas adalah “KAFIR”. Mau apa lagi?

    Saya heran, Ustadz AHY ini, penganut aliran apa? Kok dalam menulis suka sekali dengan cara yang culas, tidak fair dan cenderung banyak fitnahnya. Bukankah cara berfikir seperti Ustadz AHY inilah sebetulnya yang cocok disebut KAUM KHAWARIJ. Begitu gampang menuding orang lain dengan cara culas dengan menampilkan sepotong dan menyembunyikan potongan yang lain, tetapi tanpa mempunyai dasar yang tepat untuk dipertanggung-jawabkan.

    Pantaskah orang yang suka culas mengklaim sebagai pengikut SALAFUSH SHALIH yang sesungguhnya, dan malah menuding orang lain yang konsekwen dan konsisten dengan perjuangan Islamnya (Imam Samudra Cs) sebagai Kelompok Khawarij dan bukan bermanhaj SALAFUSH SHALIH?

    Rupanya Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary ini kurang bahkan jarang melakukan muhasabah (mengukur-ukur diri), berkaca kepada diri sendiri.

    Saya sependapat dengan saudara @Pengamat, bahwa sebaiknya Ustadz AHY sendiri yang ikut gabung di sini, agar diskusinya bisa nyambung dan enak diikuti.

    KESIMPULAN

    1. Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary, tidak jauh beda dengan Ulama yang kontra Imam Samudra Cs lainnya, yaitu memandang Islam masih dalam ukuran sempit, yaitu dalam lingkup semata masalah kebangsaan saja. Pandangan Islamnya tidak global dan kaffah. Justeru Islam yang berpandangan kaffah (global)lah sebenarnya yang sesuai dengan manhaj Salafush Shalih.

    2. Ustadz AHY terlalu menyederhanakan apa itu arti kata “JIHAD” dan “UKHUWAH ISLAMIYAH”, sehingga berpandangan bahwa masalah Palestina, Iraq, Afghanistan dan kaum muslim tertindas lainnya adalah masalah intern atau masalah negara masing-masing. Meski Ummat Islam yang dibantai, itu adalah bukan ummat Islam yang di Indonesia, artinya dengan secara gamblang dia sudah menapikan tentang Islam itu adalah ummat yang satu bagai sebatang tubuh. Dengan sendirinya, pandangan seperti itu melahirkan konsep bahwa Jihad itu hanya ada di daerah konflik saja. Sementara Imam Samudra berpandangan, karena Islam telah dibantai maka sama saja dengan membantai Islam secara keseluruhan, karenanya setiap jengkal tanah di bumi Allah ini adalah area perang. Poin ke 2 ini, saya ambil dasarnya dari pendapat saudara @Pengamat.

    3. Ustadz AHY berpendapat Sipil Kafir dari bangsa musuh tidak boleh di bunuh, karena mereka tidak ikut memerangi Islam, tetapi menyembunyikan fakta bahwa itu tidak mungkin karena bagaimana mungkin Amerika dan sekutunya mengirim sipilnya ke daerah pendudukan (Iraq dan Afghanistan) untuk berperang? Fakta sipil muslim yang telah dibantai malah tidak disinggung untuk dia ulas.

    4. Ustadz AHY menilai Imam Samudra Cs (termasuk Usama bin Ladin dan kelompok perlawanan mujahidin lainnya) sebagai kaum khawarij dan bukan pengikut ulama yang bermanhaj Salafush Shalih sehingga dengan begitu angkuhnya membuat judul tulisan “Aku Melawan Teroris, Sebuah Kedustaan Atas Nama Ulama Ahlussunnah”. Padahal semua itu justeriu memukul balik ke dirinya sendiri. Dialah sebenarnya yang melakukan kedustaan dengan mengatas-namakan bermanhaj Salafush Shalih.

    Saudaraku @YonY23

    Bisakah anda tunjukkan dimana letak bathilnya buku “AKU MELAWAN TERORIS” karya Imam Samudra sebagaimana yang telah anda tuduhkan tsb?

  17. M. Sejuki Says:

    @Untuk YonY23

    Anda bilang buku “AKU MELAWAN tERORIS” karya Imam Samudra adalah BATHIL? Di mana letak bathilnya?

    Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary telah membantah buku Imam Samudra tsb di sini :

    “http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=246”

    Atas tulisan beliau tsb telah saya sanggah di sini :

    “http://wadehel.wordpress.com/2006/07/28/amrozi-berangkat-ke-surga-semua-boleh-lega/”

    Bantahan saya tsb selengkapnya sebagai berikut :

    Tentang situs : KONTRA “BUKU AKU MELAWAN TERORIS” karya Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary, berikut saya akan coba menanggapinya dari sudut pandang pemahaman saya.

    Ustadz AHY (saya singkat saja begitu).

    Menyimak apa yang telah diuraikan Ustadz AHY dalam tulisannya yang berjudul ===”Aku Melawan Teroris” Sebuah Kedustaan Atas Nama Ulama Ahlussunnah===, saya melihat cara berfikirnya tidak adil, tidak fokus kepada apa yang dimaksud Imam Samudra, dan cenderung “CULAS”. Mengangkat satu bagian dengan menyembunyikan bagian yang lain. Cara berfikir seperti ini, sebetulnya banyak kita temui bukan saja pada zaman Rasulullah, tetapi di zaman sekarang pun juga banyak.

    Sebagai contoh, banyak pendapat dari kalangan ulama bahwa Islam itu agama damai (yes, saya setuju), Islam itu rahmatan lil ‘alamin (juga benar, saya setuju), Islam itu agama toleran (tidak salah, saya juga mengiyakan), Islam itu tidak anarkis (saya juga angkat topi, dll yang serba baik, serba lembut, serba damai). Tetapi jangan lupa, bahwa semua itu benar apabila dikaitkan dengan konteks yang pas, namun tidak bisa diterapkan dalam semua keadaan, terutama pada saat kondisi Islam telah daqn sedang diperangi, dibantai, apalagi dengan cara keroyokan dan dunia Islam pada membisu, PBB mandul. Pada kondisi diperangi tsb, apalagi dengan cara keroyokan dan brutal seperti yang dipertontonkan Amerika Cs, maka sosok ISlam pun juga harus berubah jadi garang segarang bagaimana Rasulullah memimpin langsung pasukan muslim sebanyak 28 kali peperangan. Mereka yang mengangkat sosok Islam sebagai sosok yang lembut dalam kondisi seperti ini, tentunya sudah tidak relevan lagi. Islam begitu indah, tetapi Islam juga akan begitu garang jika sudah dizhalimi dan disakiti apalagi dengan cara tidak bermoral dan main keroyokan. Mempertaruhkan nyawa demi perlawanan dan harga diri, adalah Jihad tertinggi dalam Islam sebagaimana yang telah dilakukan Imam Samudra Cs.

    Baiklah, kita kembali pada tulisan Ustadz AHY.

    USTADZ AHY MENULIS :

    Entah keadilan dan keseimbangan hukum mana yang dia anut (maksudnya dianut oleh Imam Samudra Cs). Kalaulah warga sipil dari negara penjajah itu berada di medan pertempuran dengan kaum muslimin dan mereka terlibat dalam penyerangan terhadap kaum muslimin, maka dapat dibenarkan memerangi mereka. Tetapi apa yang terjadi dengan bom Bali? Tak ada seorang pun yang mengatakan bahwa di Bali sedang berkecamuk perang antara muslimin dan kafirin. Lagi pula, tak sedikit dari kaum muslimin yang menjadi korban bom jahat itu.

    TANGGAPAN SAYA :

    Ustadz AHY sengaja menyembunyikan fakta di mana sipil muslim telah dibantai Israel dan Amerika cs khususnya di Palestina, Afghanistan, dan Iraq yang masih berjalan hingga kini dan entah sampai kapan. Tetapi dari sisi lain, dia malah mengangkat sipil musuh tidak berada di lapangan ikut memerangi sipil muslim, oleh karenanya sipil musuh tidak dibenarkan diperangi. Keculasan Ustadz AHY dalam mengulas kata-kata dan menggambarkan kondisi yang tidak mungkin terjadi. Amerika Cs bersama begundalnya memobilisasi militernya secara keroyokan menyerang Afghanistan dan Iraq, bagaimana mungkin mereka akan mengajak sipilnya? Konteksnya bukan itu. Konteksnya adalah sipil muslim telah dibantai, dan negara mereka dihancurkan. Itu faktanya. Kenapa Ustadz AHY sepertinya “ALERGI” bahkan begitu tega mengesampingkan saudaranya sendiri yang telah telah dibantai dengan sangat kejamnya? Di mana rasa “UKHUWAH ISLAMIYAH” nya?

    Karena musuh telah membantai sipil muslim, maka berlaku ayat Allah :

    “Barangsiapa yang menyerang kamu maka seranglah ia, sebanding dengan serangannya terhadapmu. Dan jika kamu memberikan balasan maka balaslah dengan balasan yang setimpal dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu”. (Al-Baqarah [2]:194 dan An-Nahl [16]:126)

    Sepertinya Ustadz AHY tidak mengerti apa yang dimaksud “BALASAN SETIMPAL”. Pertanyaan mendasarnya adalah, dimana keberpihakan Ustadz AHY sebagai seorang Muslim apalagi sebagai seorang Ustadz terhadap saudara-saudaranya yang telah dibantai dan negaranya dihancurkan? Di mana prinsip “UKHUWAH ISLAMIYAH” nya sebagai seorang muslim apalagi sebagai seorang Ustadz terhadap saudara-saudaranya yang telah dibantai? Tidak mau tahukah dia bahwa prinsip “UKHUWAH ISLAMIYAH” adalah sendi mendasar akan bernilainya harga diri kaum muslimin, dan yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya, namun sekaligus sangat membuat gentar musuh-musuh Allah?

    Kemudian Ustadz AHY menyinggung bahwa Bali bukan area perang. Benar jika kondisinya pada saat normal. Tetapi jika Islam sudah diperangi, maka sama saja dengan memerangi seluruh kaum muslimin di dunia, dan oleh karenanya pada setiap jengkal tanah di bumi Allah ini adalah area perang. Bali menurut Asy Syahid Imam Samudra Cs bukan sasaran apalagi bangsa sendiri dan terlebih lagi kaum muslim. Bali hanya sekeping bumi Allah yang bernama Indonesia dari sekian luasnya bumi Allah yang kebetulan merupakan tempat berkumpulnya sipil-sipil bangsa “VAMPIRE BIN MONSTER BIN DAJJAL” si pembantai kaum muslim. Karena tidak bisa menyerang langsung ke Amerika dan sekutunya mengingat begitu ketatnya pengamanan negara-negara pembantai tsb, dan kebetulan mereka juga orang-orang yang di “Wanted”, maka meletuslah bom Bali tsb. Dan, terhadap sebagian kaum muslim yang ikut jadi korban, mereka (Imam Samudra Cs) telah meminta maaf, dan telah mereka bayar dengan berpuasa selama 2 (dua) bulan berturut-turut sesuai tuntunan Al Qur’an. Konsekwensi Bom, ekses negatifnya sangatlah sulit dihindari, namun itulah konsekwensi dari satu perlawanan. Nyawa dengan nyawa, darah dengan darah, bom dengan bom, sipil dengan sipil. Ustadz AHY dan masih banyak lagi kaum muslim lainnya baik yang mengaku ulama, ataupun Ustadz ataupun Da’i ataupun Kiyai maupun muslim awam lainnya yang memandang Islam itu masih sebatas kebangsaan, sehingga Islam di Indonesia dikesankan berbeda dengan Islam di Timur Tengah (Palestina, Afghanistan, Iraq), dan berbeda pula dengan Islam-Islam lainnya di negara lain lagi dll. Sehingga karenanya berlaku prinsip, “Oooo… itu kan urusan orang Islam di Palestina, di Iraq, di Afghanistan dll, jadi bukan urusan orang Islam yang di Indonesia. Yang penting Indonesia aman-aman saja (tidak perduli saudaranya merintih kesakitan sedang memerlukan pertolongan saudara-saudara muslim lainnya)”.

    Sempit sekali pemahaman ke-Islam-an Ustadz AHY.

    KEMUDIAN USTADZ AHY MENULIS DENGAN MENYITIR SEBUAH HADITS RASULULLAH :

    “Barangsiapa membunuh mu’ahad (orang kafir yang terikat perjanjian damai) tidak pada waktu/tempatnya maka Allah mengharamkan surga untuknya.” (Hadits shahih dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya no. 2760, An-Nasai dalam Sunan-nya no. 4761 dari shahabat Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu).

    TANGGAPAN SAYA :

    Hadits tsb konteksnya lepas atau tidak pas. Perjanjian damai yang dimaksud dalam konteks kekinian adalah antara bangsa VAMPIRE BIN MONSTER BIN DAJJAL, si penghisap darah kaum muslimin (Israel dan Amerika Cs) dengan Khalifah kaum muslimin. Pertanyannya adalah, sudah berdiri tegakkah Khilafah Islamiyah? Jelas belum. Lalu pada saat ini apakah Amerika telah berdamai dengan kaum muslim yang sedang dibantai mereka di Israel, Afghanistan dan Iraq? Tidak ada sama sekali. Jangankan berdamai, minta maaf saja tidak, bahkan pembantaian demi pembantaian malah makin menjadi-jadi lagi dan masih berlangsung hingga kini entah sampai kapan. Berita terakhir, AS akan mengirim lagi sekitar 20 ribu tentaranya ke Afghanistan. Bagaimana mungkin Ustadz AHY dengan begitu gagahnya mengangkat Hadits Rasulullah tsb sebagai Hujjah?

    USTADZ AHY MENULIS :

    Imam Samudra mencela para ulama yang menempuh manhaj Salaf di saat mereka tidak mencocoki hawa nafsunya. Ketika para ulama menyatakan haramnya operasi bom seperti yang dia lakukan di Bali, dia dengan pongahnya mengatakan, “Fatwa para ulama itu akibat tekanan dari Amerika.” Ketika para ulama mengutuk peristiwa WTC dengan angkuhnya dia mengatakan, “Para ulama itu munafiq.” Lalu bagaimana dia katakan dirinya mengikuti manhaj Salafus Shalih sedangkan dia mencela ulama-ulama yang menempuh manhaj Salaf?! Bagaimana kiranya pembaca menyikapi dan menghukumi orang yang prototipenya model begini?

    TANGGAPAN SAYA :

    Ustadz AHY kembali menunjukkan ketidak jujurannya dalam menulis. Memang benar Imam Samudra mengatakan kelompok Ulama kebanyakan telah bersikap munafik dalam menanggapi kasus Bom Bali, namun kenapa Imam Samudra sampai menudingnya seperti itu, tidak dia tonjolkan sama sekali. Yang ditonjolkan adalah satu kesan bahwa Imam Samudra telah mencela Ulama-ulama yang menempuh manhaj Salaf?

    Mari kita lihat apa yang telah ditulis Imam Samudra seutuhnya tentang tudingan Munafik kepada Ulama-ulama yang mengharamkan Bom Bali tsb.

    ‘SIPIL’ BANGSA-BANGSA PENJAJAH JADI SASARAN? (Halaman 109 dan 110)

    Telah menjadi pengetahuan umum, bahwa Amerika, Australia, Singapura, Thailand dan beberapa negara lainnya memiliterisasi rakyat sipil. Jadi omong kosong kalau dikatakan bahwa turis dari bangsa-bangsa tersebut yang melancong ke Indonesia dianggap sebagai warga sipil. Apalagi beberapa bulan sebelum 12 Oktober 2002, Amerika telah gembar-gembor tentang kondisi di Indonesia. Hal ini tentu menjadi momok yang menakutkan bagi ‘warga sipil’. Dus, ‘warga sipil bangsa manapun tidak punya keberanian untuk melancong ke Indonesia yang telah diramaikan oleh kasus bom di beberapa kota. Logikanya, orang yang berani datang ke kancah bom pada umumnya bukan terdiri dari warga sipil, termasuk bangsa-bangsa penjajah seperti Amerika dan sekutunya.

    Jadi, si John Howard sesaat setelah attack 12 Oktober 2002 yang menyatakan bahwa ‘ratusan rakyat sipil’ Australia telah menjadi korban ‘teroris’ di Bali, pada hakekatnya adalah jeritan drakula monster berdasi yang telah memutar-balikkan fakta demi memperoleh simpati dari bangsa-bangsa lain.

    Iktikad di atas barangkali masih dianggap sebagai ‘asumsi ngambang’ yang belum bisa diterima sepenuhnya. Penjelasan tentang hal tersebut perlu diberikan untuk mementahkan tuduhan bahwa operasi jihad di Bali pada 12 Oktober 2002 murni ditujukan kepada rakyat sipil seperti yang digembar-gemborkan si John Howard.

    Selain itu, penjelasan tsb juga diperlukan untuk mengimbangi dakwaan bahwa warga Australia yang tewas di Bali adalah sebagai inocent alias rakyat yang tidak tahu-menahu tentang urusan perang, alias rakyat tak berdosa, seperti juga dinyanyikan oleh si Bush. Si Bush dan si John Howard barangkali ingin mengatakan, “Kalau mau memerangi kami, ya jangan rakyat sipilnya dong, perangi saja tentaranya itu baru gentle!”

    Konyolnya, ada ulama dari kalangan kaum muslimin yang termakan celotehan vampire-vampire tersebut sehingga dengan seenaknya berfatwa, “Apa pun alasannya, Islam mengutuk tindakan tersebut. Islam tidak membenarkan memerangi warga sipil dari bangsa dan agama apapun!”

    Ucapan senada terdengar pula ketika terjadi operasi jihad WTC dan Pentagon pada 11 September 2001. Lalu ulama-ulama yang tak pernah angkat senjata dan tak pernah berjihad itu, yang kehidupan mereka dipenuhi dengan suasana comfortable (serba nyaman), segera menjilat penjajah Amerika dan mencari muka sambil ketakutan dituduh sebagai ‘teroris’ dengan mengeluarkan ‘fatwa’ agar kaum muslimin mendonor darah bagi korban tragedi WTC dan Pentagon, sekalipun korbannya jelas-jelas bangsa kafir penjajah. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi pada 12 Oktober 2002.

    Yang paling ironis, menjengkelkan dan menjijikkan adalah bahwa ‘ulama-ulama’ itu tidak berbuat hal-hal yang sama tatkala ratusan ribu ummat Islam dibantai oleh Amerika dan sekutunya. Tidak ada sepatah kritik pun yang keluar dari mulut mereka demi menghentikan kebiadaban kafir Amerika dan sekutunya, apalagi ‘fatwa’ untuk mendonor darah. Mata dan telinga mereka sesungguhnya melihat dan mendengar tragedi menyayat hati yang diderita ummat Islam itu, tetapi bibir mereka bungkam sejuta bahasa. Hati mereka terbalik sudah, lebih takut kepada manusia bernama kafir Amerika dan sekutunya ketimbang takut kepada Allah dan membela saudara mereka seiman dan seaqidah.

    KEMUDIAN PADA HALAMAN 186, IMAM SAMUDRA MENULIS :

    Pasca kejadian Istisyhaad WTC, dunia terperangah. Animo masyarakat dunia untuk mempelajari Islam kian meningkat. Bahkan bilangan pemeluk Islam dunia terus bertambah. Ini sangat menakjubkan, mengejutkan kaum kafir, bahkan mengejutkan orang Islam sendiri. Betapa tidak? Amerika dan sekutunya mengutuk kejadian itu. Mereka dengan sengaja mencoreng-coreng wajah Islam. Tak sedikit para Ulama Munafik dan Qaa’idiin (hanya duduk-duduk; tidak berjihad) yang ikut mengutuk bahkan turut berduka cita atas kejadian itu.

    Bahkan Yusuf Qardhawi tanpa merasa berdosa dan malu, menyerukan agar masyarakat muslimin dunia mendonor darah untuk korban WTC. Naifnya, beliau tidak melakukan hal yang sama untuk korban sipil Afghanistan yang terdiri dari lelaki tua lemah, wanita muslimah, bayi-bayi tak berdosa, yang mengerang akibat pembantaian yang dilakukan Kafir Salibis Amerika dan sekutunya.

    (Komentar saya : Terhadap korban WTC dan Bom Bali, banyak Ulama menyampaikan keprihatinan mendalam dan mengutuk pelakunya serta menyerukan kaum muslimin untuk mendonorkan darahnya, sementara terhadap korban sipil Afghanistan dan Iraq yang nota bene adalah saudara-saudara mereka sendiri [seiman] yang telah dibantai dengan bom-bom Jahannam Amerika Cs, mereka tidak menyampaikan keprihatinan yang mendalam dan tidak mengutuk pelakunya serta tidak menyerukan seruan yang sama untuk donor darah. Sikap Ulama “PENJILAT” yang seperti itu kalau bukan “MUNAFIK”, lalu apa?)

    KEMUDIAN USTADZ AHY MENULIS :

    Imam Samudra mengkafirkan pemerintahan Indonesia, dianggapnya hukum di Indonesia tidak jauh beda dengan hukum Ilyasiq5 yang berlaku di zaman Jenghis-Khan, maka hukum Indonesia adalah hukum kafir new Ilyasiq. (Aku Melawan Teroris hal. 200-201).

    (Catatan : Hukum Ilyasiq adalah suatu produk hukum yang merupakan cuilan-cuilan atau kompilasi [gabungan] dari hukum Yahudi, sebagian hukum Nasrani dan sebagian Hukum Islam [tepatnya Hukum Gado-Gado])

    Kemudian pada tulisan berikutnya (saya singkat) bahwa Ustadz AHY telah mencap Imam Samudra sebagai termasuk kaum Khawarij, yaitu kaum yang mengklaim kelompoknya lah yang paling benar dengan mengkafirkan kelompok yang lain.

    TANGGAPAN SAYA :

    Tuduhan Ustadz AHY terhadap Imam Samudra Cs sebagai kelompok Khawarij sangatlah tidak tepat dan mengada-ada. Imam Samudra mengkafirkan Pemerintah Indonesia karena tidak berhukum kepada Hukum Allah, karena memang ada dalilnya. Dan, dalil tsb telah ditulis sendiri oleh Ustadz AHY, yaitu melalui firman Allah berikut :

    “…Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (QS Al Maaidah [5]:44)

    Pertanyaannya, benarkah Pemerintah Indonesia berhukum kepada HUKUM ALLAH dalam setiap memutus perkaranya? Apakah Syari’at Islam (Hukum-hukum Allah) sudah diterapkan di Indonesia ini? Jika belum, dan memang belum, maka alasan apa dengan begitu pongahnya Ustadz AHY menuding Imam Samudra sebagai KELOMPOK KHAWARIJ? Justeru tudingan Imam Samudra tsb memang benar faktanya, bahwa Indonesia belum menerapkan Syari’at Allah yang dalam konteks ayat di atas adalah “KAFIR”. Mau apa lagi?

    Saya heran, Ustadz AHY ini, penganut aliran apa? Kok dalam menulis suka sekali dengan cara yang culas, tidak fair dan cenderung banyak fitnahnya. Bukankah cara berfikir seperti Ustadz AHY inilah sebetulnya yang cocok disebut KAUM KHAWARIJ. Begitu gampang menuding orang lain dengan cara culas dengan menampilkan sepotong dan menyembunyikan potongan yang lain, tetapi tanpa mempunyai dasar yang tepat untuk dipertanggung-jawabkan.

    Pantaskah orang yang suka culas mengklaim sebagai pengikut SALAFUSH SHALIH yang sesungguhnya, dan malah menuding orang lain yang konsekwen dan konsisten dengan perjuangan Islamnya (Imam Samudra Cs) sebagai Kelompok Khawarij dan bukan bermanhaj SALAFUSH SHALIH?

    Rupanya Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary ini kurang bahkan jarang melakukan muhasabah (mengukur-ukur diri), berkaca kepada diri sendiri.

    Saya sependapat dengan saudara @Pengamat, bahwa sebaiknya Ustadz AHY sendiri yang ikut gabung di sini, agar diskusinya bisa nyambung dan enak diikuti.

    KESIMPULAN

    1. Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary, tidak jauh beda dengan Ulama yang kontra Imam Samudra Cs lainnya, yaitu memandang Islam masih dalam ukuran sempit, yaitu dalam lingkup semata masalah kebangsaan saja. Pandangan Islamnya tidak global dan kaffah. Justeru Islam yang berpandangan kaffah (global)lah sebenarnya yang sesuai dengan manhaj Salafush Shalih.

    2. Ustadz AHY terlalu menyederhanakan apa itu arti kata “JIHAD” dan “UKHUWAH ISLAMIYAH”, sehingga berpandangan bahwa masalah Palestina, Iraq, Afghanistan dan kaum muslim tertindas lainnya adalah masalah intern atau masalah negara masing-masing. Meski Ummat Islam yang dibantai, itu adalah bukan ummat Islam yang di Indonesia, artinya dengan secara gamblang dia sudah menapikan tentang Islam itu adalah ummat yang satu bagai sebatang tubuh. Dengan sendirinya, pandangan seperti itu melahirkan konsep bahwa Jihad itu hanya ada di daerah konflik saja. Sementara Imam Samudra berpandangan, karena Islam telah dibantai maka sama saja dengan membantai Islam secara keseluruhan, karenanya setiap jengkal tanah di bumi Allah ini adalah area perang. Poin ke 2 ini, saya ambil dasarnya dari pendapat saudara @Pengamat.

    3. Ustadz AHY berpendapat Sipil Kafir dari bangsa musuh tidak boleh di bunuh, karena mereka tidak ikut memerangi Islam, tetapi menyembunyikan fakta bahwa itu tidak mungkin karena bagaimana mungkin Amerika dan sekutunya mengirim sipilnya ke daerah pendudukan (Iraq dan Afghanistan) untuk berperang? Fakta sipil muslim yang telah dibantai malah tidak disinggung untuk dia ulas.

    4. Ustadz AHY menilai Imam Samudra Cs (termasuk Usama bin Ladin dan kelompok perlawanan mujahidin lainnya) sebagai kaum khawarij dan bukan pengikut ulama yang bermanhaj Salafush Shalih sehingga dengan begitu angkuhnya membuat judul tulisan “Aku Melawan Teroris, Sebuah Kedustaan Atas Nama Ulama Ahlussunnah”. Padahal semua itu justeriu memukul balik ke dirinya sendiri. Dialah sebenarnya yang melakukan kedustaan dengan mengatas-namakan bermanhaj Salafush Shalih.

    Saudaraku @YonY23

    Bisakah anda tunjukkan dimana letak bathilnya buku “AKU MELAWAN TERORIS” karya Imam Samudra sebagaimana yang telah anda tuduhkan tsb?

  18. YonY23 Says:

    1. agama bukan buat arena bantah-membantah jika saudara M. sejuki tetap bersikeras bahwa Amrozi Cs. syahid…silahkan saja kok…saya disini hanya sebagai seorang pelajar yang sedang dalam tahap belajar memperbaiki amalan sesuai tuntunan dalil yang sahih…sebagai orang yang telah memiliki ilmu…saya berkewajiban menyampaikan yang haq sesuai dalil yang sahih…siapa saja yang mengunjungi blog ini entah setuju trus mampu mengamalkan isinya…hanya Alhamdulillah yang mampu kami ucapkan…karena artinya Allah SWT masih meridhoi amalannya agar bisa diperbaiki…jika datang berkunjung cuma untuk membantah tanpa ilmu…maaf saja…apalagi menjadi anggota fan’s club dari sebuah paham yang menyimpang dari Manhaj Salaf…kami hanya bisa mengucapkan…innalillah wa in ilaihi rojiiun (apalagi orang itu sudah diperingatkan tapi masih ngeyel dengan kejahilannya)…dien suci ini bukan untuk arena membuktikan siapa yang benar siapa yang salah…tuntunan yang benar telah di tunjukkan oleh Rasul SAW tanpa ada sedikitpun yang ketinggalan…dan itu terus diwariskan generasi demi generasi dengan penjagaan Allah SWT, dengan melahirkan orang2 terbaik pada setiap masanya agar setiap peralihan generasi kemurniaannya tetap terjaga…yang Allhamdulillah…tetap terjaga hingga generasi saya hidup…dan Allah SWT berkenan memberikan saya kesempatan untuk menapaki jalan yang sama dengan kaum salaf yang berdasarkan dalil yang sahih telah terjamin tempat mereka di surga-Nya.
    2. begini aja bang sejuki…jika korban sipil muslim memang bisa di balas dengan kembali membunuhi sipil kafir…maka apa bedanya kita kaum kafir? dulu di zaman Rasul SAW di awal penyebaran islam…para sahabat banyak yang mendapat siksaan yang naudzubillaminjalik bentuknya…bahkan Rasul SAW juga mendapat teror dan siksaan dari kaum kuffar dan tidak sedikit para sahabat dan keluarganya yang meninggal ketika mendapat siksaan tsb…ketika mereka mengadukan hal tsb kepada Rasul SAW untuk meminta izin berperang atas agama…yang notabene saat itu belum turun izin berperang dari Allah SWT…Rasul SAW hanya meminta mereka bersabar…tak lama kemudian turun perintah untuk hijrah ke Madinah untuk menghindari siksaan kaum kuffar Mekkah…hingga pemerintahan di Madinah kuat dan di rasa telah cukup mapan…maka barulah turun perintah berjihad Qital untuk meninggikan kalimat Allah…kenapa kita sebagai yang mengaku hamba Allah tidak mengikuti cara Rasul SAW…apakah cara Rasul SAW kurang baik dan tidak up to date? begitu maksud saudara sekalian anggota fan’s club kebathilan???????? perintah perang untuk membantai kaum kuffar akan datang…kita sekarang ini dalam masa ujian menuju kesana…dengan begitu banyak siksaan kaum kuffar…bagi siapa yang mampu maka bersabarlah…bagi siapa yang tidak mampu bersabar maka wajib baginya hijrah…jika memang telah kelewat batas mintalah fatwa para ulama yang memang telah dilahirkan untuk menjaga kemurnian agama ini bukan ulama su’ yang merusak kemurnian agama ini…pemberitahuan buat m sejuki kami ahlus sunnah wal jamaah tidak mengambil ilmu dari yusuf qardawi…jika para ulama dalam ijtihadnya mengambil keputusan bisa jihad seperti di afghanistan,palestin,ambon,poso,bosnia,???(ada di belahan afrika…nama daerahnya lupa…maaf ya)…maka kita boleh turun berjihad…jika para ulama tsb berijtihad untuk jangan turun berjihad…maka bersabar atau hijrah.
    3. Rasul SAW memimpin jihad sebanyak 28 kali??????????konyol ilmumu…jahil kok dipertontonkan…belajar dulu deh…
    4.kamu memberikan bantahan atas tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary…perlu dipertanyakan…sudah berapa banyak rakaat tahajud yang kamu tegakkan, sudahkah shalat berjamaah dimasjid,puasa sunnah sudah berapa hari dalam setahun,berapa banyak hadist sahih+ayat Al Quran+sejarah Rasul SAW dalam berdakwah+nama sahabat beserta silsilah keluarganya yang kamu hapal?????????????????????????????????

  19. azzam Says:

    salafy. mereka cuma taklid! bahkan Luqman ba’abduh bukan tak mungkin hanya membebek pendapat ulama’ arogan Rabi’ bin hadi al-madkholi.
    ana sudah baca buku2nya imam samudra. “MAK, Sekuntum rosela pelipur lara (mengurai ‘salafy’), jika masih ada yg mempertanyakan jihadku.”
    agaknya itu buku wajib bagi kalangan salafy yg gembor2 menuduh imam samudra khawarij. Bantah argumen samudra dengan pemahaman, bukan dengan taklid!

  20. sasa Says:

    ahluhsunnah bila bicara dgn kata sopan,bagaimana anda wahai salafi ,perkataan anda kotor[mengatakan seorang muslim anjing]itu tandanya anda wahai salafi,emang kotor.dungu tidak tahu arti jihad..dasar kaki tangan thogut


Tinggalkan komentar